Ticker

6/recent/ticker-posts

Kisah Ratu Mas Jaintan dari kerajaan Landak, yang pernah membawa Sukadana pada puncak keemasan di abad ke 17.

 Oleh : ISya Fahcrudi

Rombongan Kerajaan Simpang Matan Yang Di Pimpin oleh Y.M. Gusti Muhammad Hukma di sambut hangat oleh juru sejarah Kerajaan Landak, ( Yak Syarief).  Kami menjalin silaturahmi dan berbincang  di Keraton Ismahayana Landak. Abangda Isya Fahruzi sebagai pengamat Sejarah Kerajaan Tanjungpura, Matan dan Simpang, menyajikan beberapa data untuk dapat di konfirmasi kepada pihak kerajaan Landak.


 Alhamdulilah kami di tunjukkan silsilah  yang memiliki hubungan dengan kerajaan Tanjungpura era Sukadana pada masa ratu mas Jaintan/ ratu bunku / ratu bongkok (sebutan  oleh masyarakat landak).  

Ratu Mas jaintan yang memerintah Sukadana pada tahun 1609 hingga 1627 berasal dari Kerajaan landak yakni putri dari Prabu Jaya kesuma (kerajaan Landak ).

Ratu mas Jaintan di Landak di kenal juga dengan nama ratu bongkok, pada masa itu beliau menikah dengan Giri kesuma atau panembahan sorgi. Namun ketika panembahan Giri Kesuma meninggal, maka tahta Tanjungpura Sukadana di duduki oleh Ratu Mas Jaintan atau ratu bunku/ratu bongkok. 


 

Dimasa ratu Mas Jaintan ini Tanjungpura era Sukadana pernah ada pada masa kegemilangnnya, sampai sampai swasembada beras dan mampu menopang kadipaten surabaya saat dalam penyerangan mataram di masa itu, hingga akhirnya sultan agung mengutus bupati kendal ( Baureksa ) untuk menaklukkan Sukadana terlebih dahulu sebelum kembali menyerang kadipaten Surabaya.

Seperti yang di tulis HJ The Graff  yang juga di tulis kembali dalam buku “Menuju puncak kesultanan Mataram, di ceritakan bahwa Sukadana akhirnya di serang oleh armada laut bupati kendal yang bernama Baureksa ( mbaurekso). 


 Pada serangan  pertama di akhir 1621 Mataram menderita kekalahan, namun pada serangan ke dua  yakni 6 Mei 1962 mereka menyerang  dengan 100 armada kapal dan 2000 prajurit  menyerang pada malam hari. Sehingga dengan serangan mendadak tersebut  sukadana dapat di taklukkan.

Namun demikian serangan mendadak tersebut mendapat perlawanan sengit dari pasukan ratu bunku di sukadana. Prajurit ratu bunku yang terdiri dari orang  darat ( dayak) dan laut ( melayu)  menghabisi pasukan mataram hanya dengan panah dan sumpit beracun, maka akibatnya 300 prajurit mataram tewas dalam pertempuran tersebut. 


 Setelah matahari terbit, ibu kota Sukadana dapat di taklukkan,  Kiai adipati,  yakni pengawal ratu bunku melarikan diri dengan membawa intan kobi/ intan danau raja, namun ratu mas jaintan /  bunku dengan beberapa barang berharga serta dayang lainnya di tawan serta di bawa ke mataram, dan beliau di asingkan di pingit sebelum akhirnya kembali pulang, dan sempat menikahkan putranya ( Giri mustika dengan ratu Gelang dari martapura ).
Dimasa tuanya Ratu bunku kemudian berdiam di Sukadana, lalu pulang ke tanah airnya di landak yang pada masa itu ibu kota kerajaan Landak masih berada di Mungguk . hingga akhir hayat beliau kemduian meninggal di sana. 


 Alhamdulilah kami telah sampai di landak, dan banyak mendapat cerita tetantang ratu bunku/ atau masyarakat landak lebih mengenal beliau sebagai ratu bongkok. Di makam beliau kami smepat berdoa` kirim fatihah dan sempat juga singgah di meriam perdamaian yang juga memiliki nlai sejarah ketika  hubungan Matan dan landak  sempat memanas,  di masa pangeran jaga di laga dalam merebutkan intan kobi. Maka akhirnya setelah melelui proses dinamika yang panjang, karena Landak dan Matan ketika masih zaman kerajaan tanjungpura era sukadana masih berkait keluarga, maka di putuskan untuk berdamai, salah satu simbol perdamaian itu adalah meriam yang di sebut sebagai meriam perdamaian.

Terima kasih buat kerajaan Landak yang telah menyambut kedatangan kami semoga siltaturahmi ini tetap saja terjalin !!.. amien ya rabbal alamiien.

Posting Komentar

0 Komentar