Oleh : Isya Fachrudi
Di Sebuah Gunung Cabang Air Mati ( Saat ini antara Sungai Paduan & Padu banjar Kec Teluk Batang Kayong Utara KALBAR), Pada masa itu seseorang yang bernama Derasib dan istrinya bernama Dangi, mereka menetap di Gunung Cabang Air mati untuk beberapa lama.
Disana ia bercocok tanam dan berkebun seperti Durian, Duku, Langsat, Manggis dan rambutan. Ia bersama istrinya pertama kali datang ke gunung cabang air mati menggunakan menggunakan jalur air.
Setelah sekian lama menetap di gunung cabang air mati, Pak Derasip mendapatkan seorang anak yang diberi nama Coy, sehingga ia memberi nama gunung cabang air mati yang sudah lama digunakan untuk bercocok tanam itu diberi dengan nama anaknya gunung pak Coy dan sampai saat ini lebih dikenal dengan nama gunung pak coy.
Dari sinilah Legenda Dan Sejarah Sungai Paduan Itu di Mulai, Masa itu beliau dipercayai oleh Kolonial Belanda dan beliau diberi Gelar CONCO dan masyarakatpun sudah mulai ramai tinggal disana.
BUNTAT MAIL (Kepala Kampung yang Pertama)
Buntat Mail merupakan seorang pendatang yang menetap sekian lama, beliau mempunyai dua orang teman yang bernama Raden Ibrahim dan Nasir yang merupakan masyarakat sekitarnya, beliau juga mengetahui tentang cerita-cerita masyarakat tentang adanya sinar gemerlap di kuala sungai teluk laut. Atas rasa penasaran ini, Buntat Mail mengajak kedua orang temannya yakni Raden Brahim dan Nasir Berembuk untuk menjawab rasa penasaranya terhadap apa yang terjadi di kuala sungai Teluk Laut.
Hasil perundingan ini mereka bertiga sepakat untuk membuat jaring atau jala, setelah mereka mempersiapkan segala kebutuhan untuk membuat jaring maka mereka saling membantu untuk menyelesaikan jaring tersebut. Setelah semuanya selesai dan jaringnya pun telah siap untuk difungsikan maka berangkatlah mereka ke kuala sungai Teluk Laut menggunakan perahu sampan, setibanya disana mereka mengibarkan jaring tersebut dan setelah mereka menaikan jaring ternyata yang mereka dapat adalah ikan Runjing, mereka puas dengan hasil tangkapan yang mereka dapat hari itu. Setelah mereka pulang kerumah maka mereka menyimpulkan bahwa penyebab air yang gemerlap pada malam hari dan beriak-riak pada siang hari adalah ikan tersebut.
Setelah sekian lama mereka menggunakan jaring tersebut dan mendapatkan hasil yang memuaskan, maka buntat mail membawa hasil tangkapannya ke Teluk Kupang (saat ini bernama Pangkalan Pak Haji Bakrie) untuk dikeringkan dan dijadikan ikan asin, disana buntat mail membuat gudang untuk menyimpan ikan asin hasil tangkapannya dan beliau juga menetap disana.
Hasil tangkapannya dibawa oleh buntat mail ke Pontianak dan Muara Kubu untuk diperdagangkan. Sedangkan temannya Brahim dan Nasir pergi pindah ke Hulu sungai dan menetap sekian lama (sekarang bernama Sungai Brahim dan Cabang Nasir). Oleh kedua teman, Raden Brahim dan Nasir sependapat untuk mengankat Buntat Mail Menjadi Kepala Kampung. Setelah mengutarakan pendapatnya kepada buntat mail dan buntat mailpun tidak keberatan untuk menerimanya maka nama buntat mail diajukanlah Kepada Raja saat itu yang dipimpin oleh Raja Gusti Panji untuk dijadikan Kepala Kampung dan dengan baik Raja Gusti Panji menyetujuinya.
Setelah ditetapkannya Buntat Mail sebagai Kepala Kampung yang Pertama di Sungai Teluk Laut, kedua temannya mengusulkan agar nama Sungai Teluk Laut diganti dengan Nama Sungai Paduan. Karena mereka beralasan bahwa pada saat mereka membuat jaring (jala) bahkan sampai menangkap ikan di Kuala sungai Teluk laut mereka saling membantu dan bersatu padu membuat jaring untuk mejawab misteri yang terjadi di sungai teluk laut dan menyelesaikan jaring tersebut hingga selesai.
Bahkan sampai menangkap ikanpun mereka saling membantu, dari alasan mereka saling bersatu padu inilah mereka mengganti nama Sungai Teluk Laut menjadi Sungai Paduan dan alasan ini diterima baik oleh Buntat Mail. Pada masa itu buntat mail menjabat Kepala Kampung selama kurang lebih 40 Tahun, setelah Beliau Meninggal dunia maka jabatan kepala kampung dilanjutkan oleh Kek Long Mat Jahar.
Pada Masa kepemimpinan Kek Long Mat Jahar sebagai Kepala Kampung, ada keluarga suku dayak yang masuk ke Sungai Paduan yang bernama Gajing. Hari-harinya gajing dipanggil masyarakat dengan sebutan pak Gundam karna nama anak pak Gajing ada yang bernama Gundam. Pada saat disungai paduan, pak gundam menetap di Teluk yang berada di Sungai paduan sehingga Teluk tersebut diberi nama Teluk Pak Gundan / Gundam. Kek Long Mat Jahar menjabat Sebagai Kepala Kampung Kurang lebih 20 Tahun, setelah Beliau meninggal dunia maka jabatannya dilanjutkan oleh kepala Kampung Baru yang Bernama Pak Usu Guding.
Masa jabatan Pak Usu Guding kurang lebih 25 Tahun, setelah Pak Usu Guding Meninggal Dunia maka jabatan Kepala Kampung dilanjutkan oleh Kepala Kampung Baru yang bernama TUNE. Beliau diberi kepercayaan oleh colonial belanda untuk menjaga Tali Phone, pada masa jabatan beliau banyak terjadi masalah termasuk Korupsi sehingga beliau tidak dipercayai oleh masyarakat, maka jabatan kepala kampung diambil alih oleh Pak Ano Kuntang.
Beliau merupakan orang kepercayaan Raja Gusti Rum, pada masa jabatan beliaulah terjadi perkembangan yang signifikan terhadap agama, beliau sangat memperhatikan sarana ibadah dan membangun masjid yang lebih baik dari masjid-masjid sebelumnya dan masjid tersebut diberi nama MASJID ATTAQWA dan nama masjid attaqwa masih digunakan sampai sekarang. Pada masa itu terjadi perselisihan pendapat tentang agama islam antara Pak Ano Kuntang dengan Pak Haji Maharek.
Setelah kejadian tersebut, pak haji maharek membangun masjid sendiri sehingga di sungai paduan saat itu terdapat 2 buah masjid, dengan tidak bergabungnya pak haji maharek di masjid attaqwa untuk melakukan ibadah berjama’ah maka pak ano kuntang merasa tidak nyaman terhadap masyarakat sehingga beliau memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai kepala kampung.
Setelah pak ano kuntang mundur maka posisi Kepala kampung dijabat oleh anaknya sendiri yang bernama Pak Along Nawi, namun pak along nawi menjabat hanya kurang lebih 2 tahun saja setelah itu jabatan kepala kampung diserahkan Pak long Nawi sang anak kepada Pak Ano Kuntang sang ayah. Pada masa jabatan yang kedua inilah pak ano kuntang mengangkat Pak usu Bunsu atau lebih Lengkapnya Hamim, B sebagai Sekretaris (Sekdes) untuk membantu administrasi Desa Sungai Paduan saat itu. Hamim, B. merupakan keponakan dari Pak Ano Kuntang, setelah mendekati masa akhir jabatannya sebagai kepala kampung desa sungai paduan maka beliau berpendapat bahwa kepala kampung selanjutnya yang akan melanjutkan jabatannya harus dipilih oleh masyarakat langsung melalui pemilihan.
Pendapat beliau disambut baik oleh banyak kalangan masyarakat desa sungai paduan saat itu, setelah Panitia Pemilihan dibentuk dan dipersiapkan untuk pemilihan kepala kampung yang melanjutkan jabatan dari kepala kampung sebelumnya yaitu pak ano kuntang. maka panitia memulai menerima pencalonan kepala kampung.
Pada saat itu yang ikut mencalonkan diri sebagai kepala kampung adalah ;
CIK MONTEL
ABANG JERAP
AYIM dan
HAMIM, B
Setelah pemilihan berlangsung aman, tertib dan lancar maka perhitungan suara dimulai, hasil perhitungan suara yang memperoleh suara tertinggi pertama adalah HAMIM, B. selanjutnya suara tertinggi kedua adalah AYIM, disusul suara tertinggi ketiga CIK MONTEL dan suara tertinggi keempat adalah ABANG JERAP. Hasil keputusan Panitia Pemilihan maka ditetapkanlah suara tertinggi Pertama yaitu HAMIM, B.
sebagai kepala kampung untuk melanjutkan Pemerintahan Desa Sungai Paduan pada saat itu, sedangkan AYIM yang mendapatkan suara tertinggi kedua ditetapkan sebagai Kebayan (Sekdes). Setelah Ayim meninggal dunia maka diangkatlah Mat Awal (adik kandung Ayim) sebagai sekdes untuk menggantikan posisi abangnya. Hamim. B. mempunyai empat bersaudara diantaranya Nerawan, Gencane, Ba’I dan kalmiah, beliau adalah saudara yang paling bungsu. Beliau mempunyai seorang istri yang bernama Nok Ramlah, dari perkawinannya beliau dikarunia sembilan orang anak diantaranya M. Syaini, Abdurahman, Zainudin Vandio, Jumrawati, Sudiarti, Junaidi, Jailani, Porni Harianto dan Adi Susanto.
Pada saat kepemimpinan Hamim, B. sudah ada empat Dusun yaitu Dusun Sinar Barat dipimpin oleh Abdul Wahab, Dusun Sinar Selatan dipimpin oleh Mat Deli Bin Ibrahim, Dusun Sinar Utara dipimpin oleh Aliyas dan Dusun Sinar Timur dipimpin oleh Pak Yak Derani. Masa jabatan Hamim, B. pada saat itu Kurang lebih 35 Tahun, pada saat itu beliau sudah sakit-sakitan sehingga beliau menyarankan agar diadakan pemilihan untuk menggantikan jabatannya sebagai Kepala Desa. Melihat kondisi kesehatan beliau semakin parah sehingga Agenda-agenda Pemerintahan Desa yang seharusnya beliau hadiri tak bisa dihadiri. Berdasarkan apa yang disarankan oleh beliau maka diadakanlah rapat pembentukan Panitia Pemlihan Kepala Desa, dari hasil rapat maka Zailani terpilih sebagai ketua Panitia Pemilihan. Setelah panitia terbentuk maka Proses Pencalonan Kepala Desa dimulai, pada Tahun 1993 yang mendaftarkan diri untuk ikut pencalonan adalah :
SAHPERI
ZAINUDIN VANDIO dan
A. MUKNI, HD
Setelah Proses pencalonan selesai, maka proses pemilihan dimulai dengan berlangsung aman, tertib dan lancer. Hasil pemilihan pada tahun 1993 yang memperoleh suara tertinggi adalah Zainudin Vandio, teringgi kedua disusul oleh A, Mukni, HD. dan suara tertinggi ketiga adalah Sahperi. Dari hasil rapat panitia pemilihan maka ditetapkanlah Zainudin Vandio untuk dilantik oleh Bupati Ketapang yang dipimpin oleh Drs.Sunardi Basnu sebagai kepala desa melanjutkan masa kepemimpinan bapaknya, Hamim, B.
SUMBER : ARSIP DESA SUI PADUAN
Penuturan H. Abah Rahmat ( Budayawan / Tokoh Masyarakat/ Adat dan Maestro Mendu Terakhir dari Kerajaan Simpang Matan )
0 Komentar