Ticker

6/recent/ticker-posts

Perang Mataram Dan Tanjungpura Sukadana Yang melibatkan Negeri di Kapuas

 Oleh : Miftahul Huda 

Pada kali ini kita akan membahas tentang  sejarah peperangan dimasa kerajaan tanjung pura yang di pimpin oleh ratu mas jaintan.Kisah ini d himpun dari beberapa literatur sejarah di antaranya buku pasak kapuas, serata catatan erpoa, selamat menikmati. 

Ratu Mas Zaintan atau  putri bunku menjadi Ratu Tanjung Pura sebagai pengganti suaminya yakni panembahan sorgi  yang telah wafat pada tahun 1609 di sukadana.Ratu Mas Zaintan sendiri merupakan Putri Pangeran Purba Jayakusuma, pangeran dari Kerajaan Landak yang pada waktu itu pusat pemerintahannya berada di Bandong. 

Pada suatu ketika di tahun 1616 masehi, Ratu Mas zaintan atau  putri bunku ikut membaiat Sultan Awaludin sebagai Sultan Negeri Kapuas, sebab  Sukadana atau Tanjung pura pada masa itu merupakan induk dari negeri negiri di Kapuas. 

Pembaitan Ratu Sukadana kepada Sultan Awwaludin menjadi Sultan negeri Kapuas di sanggau pada tahun 1616, tidak terlepas dari ikatan kekeuargaan bahwa mereka memiliki hubungan dari leluhur yang sama.  Maka dengan demikian Tanjung Pura dan Negeri Kapuas pada masa itu adalah satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan.

Maka di kisahkan ketika suatu saat negeri tanjung pura di masa pemerintahan ratu mas jaintan ketika menghadapi masalah yang berakhir dengan beberapa peperangan, maka pasukan dari negeri kapuas maju di garda terdepan untuk membela kerajaan tanjung pura hingga titik darah penghabisan. 


 Setikdaknya ada empat kali perang di masa pemerintahan ratu mas jaintan dari mulai tahun 1609 hingg 1624, seperti perang dengan Palembang, mataram, banten  dan pasukan pasukan eropa. Dalam perang tersebut Setidaknya negeri kapuas yang berpusat di sanggau dan di pimpin oleh abang awaluddin di masa itu ikut membela negeri tanjung pura ketika berperang melawan mataram dan kerajaan landak.

Di kisahkan pada masa itu, setelah beberapa tahun  pendeklarasian kembali negeri Kapuas yan g di pimpin oleh abang awalauddin, situasi di Tanjung Pura era Sukadana semakin memanas dengan Kesultanan Mataram. 

Hal itu  dipicu oleh terlibatnya Belanda dalam perdagangan di negeri Tanjung Pura, sebab belanda pada masa itu terlalu ikut campur dalam pemerintahan Ratu Bunku dengan tujuan untk menguasai bandar pelabuhan guna memonopoli perdagangan, yang kebetulan pada masa itu Belanda juga bersaing dengan beberapa pedagang dari eropa yang lainnya.

Dalam persaingan tersebut akhirnya belanda menguasia perdagangan dan dapat menyingkirkan pesaingnya dan ia berhasil mendirikan kantor dagangnya di pelabuhan sukadana pada masa itu.

Bercokolnya belanda membuat Sultan Agung Hanyokrokusumo dari kesultanan Mataram menjadi berang , schingga ia menyiapkan armada perang  untuk menyerang kerajaan Tanjung Pura.  Dari sinilah hubungan tanjung pura dengan mataram kian memanas, di tambah lagi dengan sikap Ratu bunku yang dingin, sehingga membuat sultan agung yang memang sudah sangat benci dengan belanda semakin menjadi jadi.

Selain bersengketa dengan Mataram, Tanjung Pura juga ternyata pada masa itu berseteru dengan Kerajaan Landak yang di sebabkan perebutan Intan Kobi.  Intan Kobi yang juga di kenal sebagai intan danau raja adalkah intan terbesar nomor dua dunia, yang merupakan benda pusaka milik kerajaan Landak, namaun  pada saat itu dikuasai oleh Ratu  Ratu Mas Zaintan. 

Pada masa itu hubungan Tanjung Pura dan Landak yang awalnya adalah saudara menjadi retak  karena memperebutkan Intan Kobi. 

Pada tahun 1622 kemarahan Sultan Agung dari kesultanan Mataram tidak terbendung lagi.  Akhirnya sultan aagung menitahkan tangan kanan kepercayaannya yakni Tumenggung Bahurekso, sebagai Bupati Kendal pada masa itu untuk menyerang Tanjung Pura. 

Pada waktu yang bersamaan Pangeran Anom Jayakusuma juga mengirim pasukan kerajaan Landak ke Sukadana untuk merebut kembali Intan Kobi.  Akibat terancam oleh serangan dua kerajaan, maka  Ratu mas jaintan meminta dukungan dari negeri Banjar, karena Banjar dan Tanjung Pura pada masa llau memiliki hubungan kekerabatan sejak pernikahan Raja Baparung dengan Dayang Silor yang merupakan puteri dari kerajaan banjar. 

Ratu Sukadana juga meminta bantuan Sultan  Awwaludin, dari Negeri Kapuas yang berada di sanggau, permintaan bantuan itu  langung di sambut oleh Sultan Awwaludin dengan mengirimkan pendekar serta punggawa terbaiknya ke Negeri Tanjung pura.

Maka selanjutnya Pada tahun tersebut terjadi Perang besar terjadi di Negeri Tanjung Pura sukadana .  perang itu juga disebut juga sebagai Perang Sanggau karena lebih banyak para pendekar dan punggawa dari sanggau atas utusan dari Sultan Awwaludin, yang dikerahkan  untuk membela Ratu Mas Zaintan. 

Namun sayangnya Dalam perang tersebut Tanjung Pura harus mencrima kekalahan dan terpaksa tunduk atas Mataram dan Landak.  Selanjutnya Ratu mas jaintan di tangkap dan ditawan Mataram lalu dipindahkan ke darah Pingit, Yogyakarta pada masa ini.  

Sedangkan Intan Kobi yang dituntut oleh Kerajaan Landak tidaklah di temukan dan minjadi misteri hingga akhir hayat sang ratu.

Pada saat Ratu Sukadana di tawan  , Sultan Agung  menunjuk pangeran Iranata atau Digiri Mustika menjadi penerus tahta Tanjung Pura menggantikan Ibunya.  Penunjukkan Sultan Mataram ini adalah untuk meredam aksi lanjutan dari pihak Tanjung Pura yang telah di taklukkannya. 

Selain itu menurut Sultan Agung, giri Mustika masih bisa diarahkan untuk tidak memberontak dengan Mataram, hal ini sebenarnya juga di latar belakangi oleh sikap sang ibu dalam memerintah kerajaan tanjung pura tidak yang tidak di mengerti  oleh giri mustika, selian itu ada hal yang sangat prinsip,  yang juga membuat giri mustika tidak banyak bisa berbuat ketika sang ibu memimpin, namun sebagai seorang anak yang patuh pada orang  tua ia menjalani atas apa yang pernah terjadi dalam dinamika kehidupan, maka suatu ketika saat ia menjadi raja, giri mustika lebih memilih memindahlan pusat kerajaan tanjung pura yang sebelumnya ada di sukadana menjadi di mulia.

Maka dalam catatan gorge muller di sebutkan bahwa giri mustika adalah panembahan van meliau atau panembahan yang berasal dari mulia, loaksi mulia yang di maksud oleh gorge muller saat ini tepat di sepanjang sungai rantau panjang yang di atasnya terdapat terusan jawa, di sini banyak benda benda arkehologis yang di temukan pada masa giri mustika. 

Lalu beberapa tahun  berikutnya Giri Mustika diberikan gelar Sultan Muhammad Tsafiuddin oleh sultan agung yang juga di syahkan  oleh  sultan mekkah yaitu dengan mengirim seorang utusan yang bernama syeikh shamsuddin.

Selanjutnya Kekalahan Tanjung Pura ikut berimbas di Negeri Kapuas, kesultanan Mataram melanjutkan serangannya  ke negeri Kapuas.  Di sebabkan banyak para pendekar dan punggawa- punggawa terbaiknya yang telah dikirim ke Tanjung Pura sehingga membuat Sultan Awwaludin tidak mampu membendung armada perang Sultan agung , maka dengan mudah sultan agung menguasai negeri Kapuas. 

Penaklukkan kesultanan Mataram di negeri Kapuas membuat sultan Awwaludin sangat bersedih.  Ditambah lagi pada masa itu negeri kapuas di landa banjir serta wabah penyakit.

Beberapa tahun berikutnya Sultan Awwaludin memutuskan untuk pulang ke Embau Hulu Kapuas.  Seluruh keluarga dan kaum kerabat ia bawa serta, namun ada sebagian yang memutuskan untuk pulang ke Muara Mengkiang.  Hanya sebagian kecil yang memutuskan untuk tinggal di Sanggau.

Setelah kejadian tersebut, negeri Kapuas nyaris dianggap hilang di bumi, yang terdengar di kapuas  pada masa itu  adalah kiprah Kesultanan Sintang yang terus melanjutkan pembangunan negerinya. Sedangkan nasib kerajaan tanjung pura era sukadana di masa giri mustika saat itu juga sudah mulai redup, namun untuk mempertahankan eksistensi kekuasaan maka giri mustika dengan segala daya upaya membangun kembali hubungan hubungan diplomatik bahkan, kelak dari adiknya yang bernama gusti lekar menjadi pendiri kerajaan di sebelah kapuas yakni meliau dan tayan, serta adiknya yang bernama ratu surya kesuma menikah dengan sultan tengah lalu melahirkan raja raja sambas, serta putrranya yang bernama sultan muhammad zainuddin menjadi pendiri kerajaan matan pertama yang terletak di hulu sungai matan. MIFTAHUL HUDA

Posting Komentar

0 Komentar