Ticker

6/recent/ticker-posts

Misteri Makam Sultan Muhammad Syafiuddien Raja Tanjung Pura Era Sukadana Yang memindahkan Ibu Kotanya di Mulia

 Oleh : M Ilham


Pada episode kali ini, akan membahas dan menelusiri tentang  jejak makam Panembahan Giri Mustika yang bergelar Sultan Muhammad Syaifiuddin yang mana dalam catatan muller bahwa Giri Mustika di sebut sebagai panembahan van meliau atau panembahan yang  berasal dari mulia .

Giri mustika atau sultan Muhammad Syafiuddin adalah raja Tanjung Pura era Sukadana periode terakhir, sebab setelah putranya memerintah menjadikan  Matan sebagai kota raja berikutnya. Namun di masa giri mustika banyak peristiwa penting terjadi di antaranya adalah pernikahan adiknya yakni putri surya kesuma dengan sultan tengah yang melahirkan raja raja sambas.

Kemudian gusti lekar yakni adiknya yg diutus menumpas parampok bajak laut di kapuas yang akhirnya mendirikan kerajaan meliau dan tayan, lalu kemdian menyebar di beberapa kerajaan pada sebelah sungai kapuas.

Kembali pada soal Mulia,  dalam deskripsi muller pada tahun 1822, mulia bukanlah seperti desa harapan mulia saat ini, namun  muller pada tahun 1822, menyebut mulia berdasarkan pada muara   yang masuk ke sebelah kanan dari sungai simpang ia menyebutnya sebagai sungai mulia. di tambah lagi  peta pada tahun 1922 yang memuat penanda di sepanjang  sungai yang saat ini di sebut sungai rantau panjang di masa itu banyak di huni oleh masyarakat. 

Pada saat itu sungai mulia memliki juga memiliki anak cabang yang di sebut muller salah satunya adalah sungai batu yakni saat ini di sebut sungai mulia karena menuju pada desa harapan mulia, kemudian di atasnya lagi sungai Itam dan seterusnya.

Kesimpulan sementara bahwa daerah mulia yang di maksud muller di masa itu berpusat di tepian sungai, hal ini juga merujuk pada peradaban masyarakat dimasa itu yang selalau mengandalkan sungai sebagai urat nadi utama.

Muller juga menyebutkan jika Giri mustika dimakamkan di belakang mulia di bukit laut pada tahun 1677 .

Yang menjadi masalah saat ini adalah ketika melacak dimanakah makam giri mustika atau sultan muhammad syafiuddin ini ?. masalah yang pertama adalah, sangat sedikit sekali temuan di lapangan baik berupa nisan berangka tahun ataupun bangunan yang ada di sekitar lokasi yang di duga sebagai tempat panembahan giri mustika berdiam.

Jika lokasi panembahan giri mustika di sebutkan muller adalah mulia, maka cakupan daerah mulia saat ini dan masa lalu sangat berbeda. Namun berdasarkan dari hasil analisa serta petunjuk yang ada kami mencoba untuk mencari petunjuk  di lapangan berdasarkan dari informasi yang kami dapat. 

Lokasi pertama yang di duga kuat adalah sepanjang sungai rantau panjang saat ini yang pada masa lampau di sebut sebagai sungai mulia. Memang kami hanya baru beberapa titik melakukan penelusuran di sepanjang sungai ini, terutama di beberapa titik yang pernah di temukan keramik yang masih utuh, bahkan kami juga sempat menemukan banyak pecahan keramik di tepi sungai rantau panjang ini yakni tepatnya di terusan jawa.

Namun yang kami cari bukan hanya keramik tersebut, sebab butuh petunjuk lain seperti kayu bekas bangunan atau struktur bangunan lain atau syukur syukur kami mendapatkan batu nissan. 

Jika di lihat dari penemuan keramik sebelumnya yang di temukan oleh usu lehan, ia menemukan 28 jenis barang keramik kuno di sini, menurutnya sedalam setengah hingga satu  meter ia menemukan barang tersebut saat berladang. Dari fakta tersebut kemungkinan banyak barang barang yang terkubur di dalam tanah.  Namun butuh waktu dan proses panjang jika akan melakukan penggalian  yang arealnya tidak sedikit, maka kami memutuskan untuk melakukan penggalian per spot, namun  hasilnya masih belum maksimal.

Dari penuturan seorang warga Transmigrasi rantau panjang bahwa pada tahun 2014 ia pernah menemukan batu satu pasang di ladang berbentuk seperti lesung  dan penumbuk. Ia menemukan batu tersebut saat membuat parit pembatas antar TR. Namun karena di hantui mimpi buruk akhirnya ia mengembalikan batu itu ke tempat asalnya. Selain  menemukan batu ia juga sering mendapat pecahan keramik pada saat itu .

Kami mencoba untuk datang kembali dan mencari di sekitar lokasi yang di maksud, namun karena sudah terlalu banyak semak kami sangat kesulitan untuk menemukan benda tersebut.

Untuk sementara penelusuran di sungai rantau panjang  terhenti di areal terusan jawa. Kami kemudian mencoba melihat beberapa informasi makam tua yang ada di dekat bukit lalang, yang pada masa itu muller mendeskripsikan bukit lalang sebagai bagian dari bukit laut. 


 Di atas gunung lalang terdapat dua makam, yang mana makam ini pada pembahasan sebelumnya pada episode “membedah misteri bukit laut sudah kami ulas”.

Ke dua makam ini tiang nissannya sudah tidak asli bahkan kayu yang menurut masyarakat adalah taing nisan aslinya juga ternyata bukan, sebab jika di lihat dari struktur batu bata mereh yang ada di kedua makam tersebut rasanya mustahil makam dengan tambak bata, berpasnagan dengan nissan kayu, tentu yang lebih masuk akal adalah nissan batu berpasangangan dengan tambak bata.

Akan tetapi yang sangat menarik di sini adalah tidak jauh dari bukit lalang di temukan beberapa makam dengan nissan batu alam. Makam ini berada di atas gundukan yang di sebut  sebagai mungguk.

Jika di lihat dengan seksama makam bernisan batu alam usianya cukup tua, di beberapa tempat di nusantara, nissan dengan batu alam dapat menandakan beberapa hal di antaranya yakni pada masa transisi peralihan peradaban dengan peradaban lainnya, misalkan dari masa peradaban jawa yang belum di serap masyarakat lokal dari sisi tekhnologi semisal yang lebih spesifik saat kerajaan di jawa memakai Batu bata sebagai bangunan, sedang saat itu di kalimantaan masih memakai tekhnologi kayu.

Begitu juga budaya ukir mengukir, mungkin saat itu karena belum ada seorang yang ahli memahat atau membuat ukiran sehingga nisan dengan batu alam ini di buat apa adanya. Dan masih banyak lagi kemungkinan yang lain. Namun yang pasti adalah penelitian secara ilmiah dengan cara melakukan uji karbon atau menguji benda benda arkhologis yang dekat dengan makam tersebut. 


Jika memang kompleks makam batu alam yang ada di desa harapan mulia tersebut adalah makam raja, kemungkinan juga bukan makam dari giri mustika sebab alasan yang paling fundamental adalah ketika  kita melihat raja pendahulunya seperti yang ada di makam panembahan ayer mala yang merupakan nenek moyang dari giri mustika terlihat nissannya lebih baik dengan ukiran yang halus. Lalu pertanyaanya siapakah yang di kuburkan di pusara bernisan batu alam tersebut ?.

Hal ini menjadi teka teki yang sangat sulit untuk di ungkap, sebab belum adanya penelitian khusus mengenai keberadaan makam tersebut. Sampai di sini kita kembali pada sebagain nama nama  raja tanjung pura era sukadana  baru beberapa yang sudah final di ketahui pusaranya, sedangkan sebagian besar masih misterius, baru Panembahan Ayer mala yang betul betul bisa di katakan final, namun seperti makam Prabu jaya, Baparung, karang tunjung, sang ratu agung,  Bandala, Baroh, Giri kesuma, dan giri Mustika masih misterius.


Namun petunjuk kuat seperti dalam catatan muller kebanyakan mereka rata rata di makamkaan di area bukit laut dan sekitarnya. Harapan kita smeoga saja ada penelitian lebih lanjut untuk menguak misteri makam makam raja tanjung pura era sukadana yang hingga kini masih menjadi tanda tanya yang besar.

Demikian ulasan kami kali ini smeoga bermanfaat bagi kita semua, jangan lupa like subsribe dan bgikan tayangan ini. Mohon maaf atas segala kekurangan sampai jumpa dan salam budaya.

Posting Komentar

0 Komentar