Ticker

6/recent/ticker-posts

Ziarah Kesultanan Sambas ketanah Leluhur Di Sukadana

 

Rombongan Ziarah di Makam Panembahan Baroh ( Sultan Mustafa Izzudin ) &  Giri Mustika ( Sultan M Syafiuddin)  

Minggu sore 15 Mei 2022, Rombongan kesultanan Sambas bersama rombongan Kerajaan Simpang Matan, Dinas Kebudayaan, anggota DPRD, serta masyarakat desa Harapan mulia, menuju gunung lalang dalam rangka melakukn ziarah ke  Makam Panembahan Baroh (Sulthan mustafa Izzudin), dan Panembahan Giri Mustika ( Sultan Muhammad Syafiuddien) yang pernah memerintah Kerajaan Sukadana tua atau Tanjungpura di abad ke 16 dan 17.

Dua puluh menit mendaki gunung lalang, akhirnya rombonganpun sampai di kedua makam yang tampak tidak utuh lagi. Terlihat bata bata merah kuno berukuran besar dengan susunan yang tidak beraturan serta batu nisan yang sudah di ganti semen dengan suasana sekitar yang sangat memprihatinkan.

Menurut keterangan Miftahul Huda, mewakili Isya Fahrudzi sebagai juru sejarah kerajaan Simpang matan, dalam sambutannya menerangkan jika dimakam tersebut mereka sudah beberapa kali  meneliti makam tersebut dengan beberapa pendekatan di antaranya pendekatan budaya, arkheologi dan pendekatan Sejarah, sehingga kesimpulan dari penelitian tersebut saat ini sudah final. Walaupun dari sisi yang lain menurutnya masih ada hal hal yang perlu di benahi.

“ dari hasil penelitian sementara kami sudah final soal makam ini, dan sudah kami laporkan kepada pihak dinas Pendidikan Kebudayaan Kayong Utara serta BPCB, kebetulan di sini ada Dinas Kebudayaan, dan DPRD mohon kiranya makam ini untuk di perhatikan, sebab ini adalah nenek moyang kita yang pernah berjasa bukan hanya untuk Sukadana, namun juga Sambas serta seluruh kalimantan barat pada masa lalu hingga jadi seperti ini”. ungkap Miftahul huda

Foto bersama di atas gunung lalang

Sementara Uray Muhammad Reza perwakilan dari kerajaan sambas juga memberikan sambutan mengenai keberadaan makam gunung lalang tersebut. melihat dan memperhatikan jejak yang tersisa  berupa bata merah berukuran besar tersebut, ia bersama rombongan meyakini bahwa ini adalah makam yang berusia tua dan berhubungan dengn leluhur raja raja sambas.

“ Alhamdulilah akhirnya kami sampai dimakam salah satu leluhur raja sambas yaitu Panembahan Baroh ( Sultan Musthafa Izzudin)  dan Giri Mustika, mereka ini adalah leluhur raja raja sambas dan juga leluhur kita semua, dengan begitu makam ini menjadi saksi sejarah hubungan persaudaraan kita, jadi kalau ada orang sambas keseni maka mereka itu sesungguhnya adalah balik kampung atau pulang ke tanah leluhurnya”. Ungkap Uray Riza atau yang akrab di sapa pak ngah tersebut.

Selain itu ia memaparkan sejarah hubungan Sambas dan Sukadana dimana pada masa itu Sultan tengah mengarungi lautan luas dengan cuaca yang buruk sehingga terdamparlah ia di Tanjung Pura Sukadana pada sekitar tahun 1631 Masehi. Giri Mustika dengan gelar Sultan Muhammad Syafiuddin pada masa itu menjabat sebagai rajanya. Dimasa giri mustika ini kesultanan Matan juga sudah di mulai dengan persiapan perpindahan ibu kota dari Mulia ke Sungai Matan, yang kelak tahta Matan akan di berikan pada anaknya yakni Gusti Zakar negara bergelar sultan Muahammad Zainuddin.

Setelah beberapa saat lamanya Sultan tengah di negeri Sukadana, maka menikahlah ia dengan Putri Surya kesuma atau ratu Soraya yakni adik dari Giri mustika bergelar sultan Muhammad Syaifiuddin. Karena ayahnya sudah mangkat maka giri Mustikalah  yang bertindak sebagai wali menikahkan raja tengah dengan putri surya kesuma.

Hasil dari buah pernikahan tersebut lahirlah 5 orang anak yakni Raden Sulaiman yang lahir di  Sukadana tepatnya daerah Mulia, Kemudian  Badaruddin, Abdul Wahab,  Rasmi Putri dan Ratna Dewi.

Setelah sekitar 7 tahun menetap di Kesultanan Sukadana Sultan Tengah lalu berpindah ke Sungai Sambas, Maka berangkatlah rombongan Sultan Tengah beserta keluarga dan orang-orangnya dengan menggunakan 40 perahu yang lengkap dengan senjata dari Kesultanan Sukadana menuju Panembahan Sambas di Sungai Sambas.

Setelah beberapa lama sultan tengah diam disana, lalu menikahlah anaknya yang sudah dewasa yaitu Raden Sulaiman dengan Mas Ayu bungsu yakni Anak dari ratu sepudak dan menjadi menteri besar panembahan sambas dimasa sebelum Islam, dan kelak  Raden Sulaiman menjadi raja sambas Islam  yang menurunkan raja rajanya hingga saat ini. 

Setelah usai doa yang di pimpin oleh pak Imam Saad, maka acara di lanjutkan pada malam hari yakni ramah tamah dan diskusi sejarah antara kerajaan simpang matan dan dan Sambas dikafe amanda yang berlangsung dari pukul 20.99 hingga pukul 23.00 WIB.

Dalam diskusi Sejarah tersebut pihak Kesultanan Sambas Dan Simpang saling bertukar, lalu mereka bersepakat untuk acara tahun juga akan menuju ke Matan melihat  langsung Nisan type aceh yang di duga adalah Ratu Soraya dimana nisan itu sangat mirip dengan salah satu nisan dari Ratu Timbang Paseban di Sambas.

 “jika nisan dimatan itu benar mirip seperti nisan ratu timbang paseban yang kami temukan di sambas, kemungkinan itulah makam ratu soraya yang selama ini kami cari, semoga tahun depan saat acara zaiarah nanti kami bisa sampai kesana “. Pungkas Muhamad Uray Riza Juru sejarah kesultanan sambas. (M ILHAM; 15/2022)

 

Posting Komentar

0 Komentar