Ticker

6/recent/ticker-posts

Jejak Dakwah Dalam Seni Dan Tradisi Di Bumi Tanjungpura

 


 
Jejak para ulama atau yang pada masa lalu populer di sebut Wali , memiliki peran yang sangat signifikan dalam sejarah perkembangan Islam di Nusantara . Bagaimana tidak, selama tujuh abad yakni  –sejak abad ke-7 hingga ke-14- Islam ‘tertolak’ di beberapa wilayah di nusantara. Namun pada  akhir abad ke-14 atau awal abad ke-15, hampir semua masyarakat di pesisir  memeluk Islam tak terkecuali pesisir kalimantan barat.

Oleh sebab itu, dakwah para Wali adalah dakwah yang paling sukses,  karena mampu mengislamkan masyarakat tanpa adanya pertumpahan darah.

Masyakarakat pesisir  di kalimantan yang sebelumnya  menganut agama Hindu,  Budha ataupun kaharingan dan kepercayaan lainnya  kemudian pelan pelan memeluk agama islam.  hal tersebut merupakan bagian dari proses pembauran dan asimilasi serta kecanggihan dari para ulama untuk menerapkan metode dakwahnya di bumi nusntara khsuusnya di pesisir kalimantan.

Masuknya islam di pesisir Kalimantan bagian barat di perkirakan pada  akhir  abad ke 14 masehi, tepatnya di kerajaan tanjung pura yang pada masa itu pusat kekuasaanya berada di sukadana.  Masuknya islam di kerajaan tanjung pura  ini terlihat dari nama raja tanjung pura yang ke 3 yakni  raja Karang Tunjung,  yang memakai gelar islam  yaitu sultan ali aliuddin, sedangkan pada masa seblumnya gelar sultan belum di pakai di kerajaan tanjung pura.  Namun hingga saat ini masih belum terlacak siapa nama penyebar islam pada abad 14 di kerajaan tanjung pura tersebut.

Seperti dalam tradisi yang sudah lazim bahwa penyebar islam di nusantara adalah para ulama atau wali, yang awal mulanya mereka adalah sebagai pedagang yang kemudian menetap di daerah tersebut.

Beberapa metode dakwah untuk menyebarkan islam pada masa lalu di lakukan oleh para wali, dengan pendekatan sosial, kelembagaan, hingga seni dan budaya. hal ini tercermin dari beberapa corak hidup yang masih dapat kita lihat hingga saat ini.

Misalnya saja di masyarakat islam melayu kayong,  memeliki beberapa tradisi serta adat dan budaya yang masih kental namun memiliki muatan yang islami, misalnya saja seperti doa akasah yang di lakukan keliling kampung oleh para imam dan tokoh agama, adat mandi safar dalam rangka melakukan doa tolak balak, yang di pimpin oleh tokoh agama, ritual caboh kampong dan lain sebagaianya.

Pendekatan melalui seni juga tergambar dalam kesenian yang saat ini masih dapat di jumpai pada masyarakat melayu kayong, di antaranya adalah seni tari zapin , rodad, syair gulung, mendu, bertutur dan lain sebagainya.

Dalam berbagai seni tradisi tersebut sangat kental dengan nafas islami, misalnya saja seni tradisi zapin melayu,  dimana Zapin sendiri berasal dari bahasa arab yaitu "Zafn" yang mempunyai arti pergerakan kaki cepat mengikut rentak pukulan.

 


Dalam khasanah budaya melayu kayong  Zapin lebih di kenal dengan nama jepin.  Jepin merupakan khazanah tarian Melayu yang mendapat pengaruh dari Arab. Tarian tradisional ini  digunakan sebagai media dakwah Islamiyah, yakni melalui syair lagu-lagu jepin yang didendangkan.

 H salim yakub yang berusia 75 tahun adalah salah seorang tokoh agama yang masih melestarikan seni tradisi melayu bernafaskan islam. Di usianya yang sudah senja itu ia masih aktif mengajarakan jepin dan roddad bahkan ia kerap kali tampil membawa anak buahnya di beberapa event atau pementasan.

H salim yakub  meletarikan seni tradisi melayu tersebut semata mata sebagai cara guna melakukan syiar dakwah islanm dan pembelajaran terhadap anak anak didiknya, sebab menurutnya banyak filosofi serta nasehat dari jepin dan rodad yang bisa di sampaikan kepada mereka.

 Dakwah Melalui seni dan budaya memang di rasa cukup ampuh karena lebih menyentuh,  dari masa dahulu hingga saat ini telah terbukti. tidak salah jika para ulama saat ini juga masih mengikuti jejak para wali dengan berbagai metode dakwahnya yang membumi dan dapat di terima di masyarakat.


 SEKIAN 

 

PRODUKSI

LEMBAGA SIMPANG MANDIRI

 

SUTRADARA

Miftahul Huda

 

RISET DAN OBSERVASI

Lembaga Simpang Mandiri Tim

 

KAMERAMEN

Handi Julgani

 

EDITOR

Khoirul Anam

 

NARA SUMBER

H. Salim Ya`kub ( Pimpinan Sanggar Mutiara Desa Kec Simpang Hilir Kab. Kayong Utara Kalimantan Barat )

 

SUMBER REFERENSI SEJARAH

Kitab Raja Ali Haji tahun 1872 Tentang Silsilah Raja Raja Melayu Dan Bugis

Catatan G Muller 1822 Tentang Borneo Di Masa Lalu

Catatan H. Von De Wall 1862  Tentang Borneo Di Masa Lalu

Posting Komentar

0 Komentar