Perundohan Tanah Simpang (PERTASIM) bersama Dinas
Perhubungan (DISHUB) Kayong Utara meninjau kawasan Situs Simpang Keramat pada
tanggal 27 Mei 2023. Situs Simpang Keramat yang berada di tepi sungai tersebut
terancam oleh aktivitas ponton yang sering lalu lalang membawa bauksit ataupun
lainnya.
Berdasarkan hasil peninjauan, bibir sungai yang berdekatan
dengan areal situs sudah tergerus beberapa meter. Bahkan aktivitas ponton telah
merusak bekas tingkat Masjid yang tepat
berada didekat percabangan sungai Simpang dan Sungai Matan tersebut.
“ Kami tahun lalu kesini, tongkat ini masih diatas tanah
jauh dari sungai, nah sekarang bisa saksikan sendiri, ini sudah jejak ke sungai
bahkan itu ada yang patah dan tercebur. Ini bekas tiang masjid Kerajaan
Simpang, kalau tidak percaya silahkan buka data sejarah ada pada tahun 1823,
ada lukisan dan manuskripnya. Tepat disnilah lokasi masjid tua simpang itu,
sedangkan keratonnya di sana”. pungkas Gusti Bujang Mas menerangkan pada
rombongan sambil menunjukkan lokasi.
Gusti Bujang Mas yang merupakan Ketua PERTASIM menegaskan bahwa situs ini memiliki nilai sejarah yang harus dilindungi dan dilestarikan. Pihaknya sudah koordinasi dengan Dinas Kebudayaan, dan kali ini bersama pihak Dinas Perhubungan dimana lalu lintas kapal ponton adalah domainnya. Ia berharap setelah melihat fakta lapangan, agar pihak terkait dapat melakukan mediasi dengan perusahaan agar dapat mencari solusi terbaik guna penyelamatan areal situs.
Miftahul Huda sebagai anggota TACB (Tim Ahli Cagar Budaya
Kayong Utara ) menambahkan, bahwa situs Simpang keramat memiliki nilai
penting yang mengandung nilai sejarah,
ilmu pengetahuan serta identitas bagi masyarakat simpang secara.
Sebab di lokasi tersebut pada abad ke 18 – 20 pernah menjadi
pusat pemerintahan dan berlangsung 4 generasi raja. Yang di mulai dari Pangeran
Ratu Agung Kesumaningrat, Gusti Mahmud, Gusti Muhammad Roem dan terkahir Gusti
Panji. Kemudian selanjutnya pusat pemerintahan berpindah ke Teluk Melano pada
tahun 1912 hinga saat ini.
“Kawasan cagar budaya Simpang Keramat ini selain terdapat
makam raja raja Simpang dan kerabatnya, juga terdapat meriam Bujang Koreng,
tiang tiang tua eks Masjid serta Keraton simpang yang dibangun pada masa
Pangeran Ratu Agung Kesumaningrat sebagai pendiri Kerajaan simpang, lalu diperbaharui oleh Gusti mahmud pada tahun
1814. Namun setelah meninggalnya Gusti Panji pada 1917, tempat ini perlahan
ditinggalkan dan tidak terawat hingga
seperti ini”. terang Huda.
Huda berharap agar siappaun dia dan darimanapun asalnya
untuk dapat menghargai dan ikut melestarikan situs Simpang Keramat ini. Sebab
menurutnya hal tersebut wajib dilakukan mengingat jasa jasa mereka yang cukup
besar. Salah satunya adalah perjuangan Gusti Panji yang memimpin perang
belangkaet pada tahun 1915. Dimana perang tersebut mengusir penjajahan Belanda
hingga nyawa yang menjadi taruhannya, sebab banyak yang jadi korban saat itu,
termasuk Ki Anjang Samad yakni panglima perang juga turut menjadi korban.
(MH/05/2023)
0 Komentar