Ticker

6/recent/ticker-posts

Sejarah Desa Dunung Sembilan KABUPATEN KAYONG UTARA KALIMANTNA BARAT

 Sejarah

desa gunung sembilan

KABUPATEN KAYONG UTARA KALIMANTNA BARAT


Di susun oleh

NURMAN

 

Sepatah kata

 Alhamdulliah, Puji serte syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karene kitadapat diberi sehat dan dapat berpikir dengan baik.

Oleh karena saya cinta kepada kampung halaman saya sendiri dan tempat kelahiran saya,  maka saya susunlah sejarah desa Gunung Sembilan ini, yang saya kutip dari orang tua dahulu yang sempat saya jumpai.

Mudah-mudahan sejarah gunung sembilan ini bermanfaat bagi generasi kita selanjutkan. Amiin.

 

Penyusun

21 Juli 2012 M

Syakban 1433 H

 

N U R M A N

 

 


SEJARAH DESA GUNUNG SEMBILAN

Di susun Oleh : Nurman

Sebelum diberi nama Desa Gunung Sembilan, kampung ini bernama Tambak Rawang yang sekarang dijadikan nama Dusun, yaitu Dusun Tambak Rawang. Pada catatan Eropa di abad ke 18 nama Tambak Rawang sudah di tulis oleh seorang diplomat asal Belanda bernama Gorge Muller yang pernah datang ke Borneo  khususnya Sukadana pada tahun 1823.

Gorege Muller menyebut kampung ini pada masa itu dengan nama Rawang, dan beberapa nama tempat lainnya yang berdekatan pada saat itu ia juga mencatatkanya yaitu;  Telaga Tujuh, Tanjung Malam, Pasir mentawah, Bukit keramat, batu Bantal, Pelintuan dan lain sebagainya, namun sebagian besar nama nama itu kini sudah tidak ada lagi di tengah tengah masyarakat.

Desa Gunung Sembilan berwilayah mempunyai tiga Dusun yang letaknya memanjang dari selatan ke utara dari pusat Kota Sukadana, Karena Desa Gunung Sembilan, berbatasan dengan Desa Sutra wilayah Kecamatan Sukadana. Adapun beberapa Dusun yang ada di wilayah desa ini di antaranya yaitu ;

1.      Dusun Airmala

2.      Dusun Tambak Rawang dan

3.      Dan Dusun Sebadal

Desa Gunung Sembilan ini memiliki sejarah yang cukup panjang, berdasarkan tutur yang berasal dari para orang orang tua dimasa dahulu, yang kemudian di catatkan oleh Tok Imam Nurman yang saat ini berusia kurang lebih 75 Tahun.

Menurut catatan Tok Imam Nurman, Bukti yang ada di Desa Gunung Sembilan  saat ini  berupa peninggalan bersejarah, Seperti  Makam Panembahan Ayermala atau sultan Umar akamuddin , yaitu seorang Raja Kerajaan tanjung Pura yang memerintah di atas kota rajanya yakni Sukadana, yang pada masa lalu memiliki wilayah yang cukup luas, makam panembahan Air Mala tersebut, saat ini terletak di Desa Gunung Sembilan, tepatnya Dusun Airmala.

Menurut Catatan Tok Imam Nurman bahwa pernah seorang ahli Purbakala  dari Brunei Darussalam yang pernah datang mengunjungi  Sukadana, pada tanggal 08 Juni 2006 dalam rangka mencari makam Ratu Soraya,  dan singgahlah mereka  di makam Panembahan Airmala serta melihat langsung dan mengamati makam tersebut.

Dalam pengamatannya mereka memperkirakan makam Panembahan Airmala tersebut kurang lebih berusia mencapai 450 tahun. Kedatangan rombongan tersebut adalah yang kesekian kalianya karena sebelumnya mereka sudah mencari makam Ratu Soraya Namun belum ketemu, bahkan pada saat itu mereka sempat berpesan kepada masayarakat Sukadana bila bertemu makam tua agar memberitahukan pada mereka kembali.

Setelah tahun 2006 tersebut mereka tidak pernah lagi berkunjung Ke Sukadana mencari makam Ratu Soraya. Dapat di pahami mengapa mereka mencari makam ratu soraya, sebab pada abad ke 17, Sultan Tengah dari Brunei pernah datang ke Sukadana dan menikah dengan Puteri Raja Giri Kesuma yang bernama Putri Surya Kesuma atau Rau Soraya.

Mengenai  makam yang saat ini di sebut sebagai Ratu Soraya di Desa gunung sembilan tepatnya, di sungai Mak Timbang yang berada di bukit  menghadap ke laut merupakan sebuah temuan baru yang belum di ketahui asal usulnya dan masih perlu penelitian lebih lanjut.

Selain Makam Panembahan Airmala, banyak lagi bukti peninggalan lainnya seperti dua buah Kuburan Tua yang terbuat dari batu alam. Adapun dua buah kuburan tua ini adalah nenek moyang dari Tok Imam norman sendiri, mereka adalah suami istri yang bernama Mahmud dan istrinya bernama Jamaliah Puteri .

Mahmud ini berasal dari Pulau Belitung yang marantau ke Borneo  pada tahun 1840, lalu menetap  di  Tambak rawang ,  setelah itu kemudian berkawin dengan wanita yang bernama Jamaliah Putri.

Mahmud  lalu membuka hutan membuat lahan perkebunan, dan keturunannyalah yang paling banyak mendiami Desa Gunung Sembilan terutama Dusun Sebadal hingga sat ini.

Menurut penuturan dari orang orang tua di masa lalu, bahwa sebelum orang melayu yang bermukim, di tempat ini  sudah di huni oleh orang orang Dayak yang kemudian mereka bermigrasi ke perhuluan yang saat ini disebut sebagai Dayak Simpank.

Peninggalan lainnya  dari Suku Dayak yang ada di gunung sembilan di antaranya yaitu bernama Tiang Jurung yang sudah berusia hampir 700 tahun lamanya.  Tiang Jurung ini menurut tok imam terletak ditengah gunung dan terbuat dari kayu belian, berjumlah hanya sebatang besarnya kira-kira 80 cm diatasnya ada semacam gubuk tempat menyimpam padi.

Pada  tahun 1950 an orang tua disini yang biasa sebagai pemburu rusa pernah bertemu Tiang Jurung  itu, tapi sekarang telah hilang atau menghilang alias raib, dan tidak dapat dilihat dengan kasat mata lagi.

Peninggalan yang lain ialah  berupa Hajrat seperti batang durian dan tembikar yang banyak dijumpai penduduk. Konon menurut sejarah,  ditengah Gunung Sebadal ada seorang kepala Suku Dayak yang tinggal dan berdiam.  hal ini di buktikan dengan adanya temuan tembikar berupa pecahan tajau, piring tua patahan parang, dan tombak yang banyak bertaburan disitu.

Al kisah pada masa itu ada seorang Kepala Suku Dayak yang bernama Badal atau biasa disebut Pa’Badal. Ia membuka  lahan perladangan di hutan dan gunung itu  yang kemduian namanya di abadikan menjadi nama Gunung  serta dusun pada saat ini .

Jika kita sampai di puncak gunung Seabadal , maka kita akan melihat dari kejauhan yaitu, pasar Sukadana,  Telok Batang, Rantau Panjang,  Teluk Melano Pulau Maya dan lain sebagainya . kemudian jika ke arah barat daya kita akan melihat puncak bukit Mendale, maka sangat bagus sekali jika tempat ini  di buat untuk kemah dan melihat pemdangan alam.

Konon menurut kisah, setelah orang-orang Melayu dari tanah seberang berdatangan seperti dari Sumatra, Brunei, dan Malaysia,  Maka orang-orang Suku Dayak yang di pimpin oleh pak Badal  banyak yang  berpindah meninggalkan Desa Gunung Sembilan, sebab  mereka takut hutannya habis sehingga sulit mencari makanan dengan berburu.

Mereka pindah tidak serempak namun bertahap, saat pindah mereka membuat sampan yang dibuat dari sebatang kayu Pelaik dan ada juga yang membuat dari kulit kayu mentagu dan kayu turap. Setelah selesai membuat sampan atau jukong itu mereka lalu berangkat meninggalkan Tambak Rawang.

Mereka menuju sebelah utara melalui Batu Bantal di Pulau Pelintu lalu menyusuri Pantai Bakau dan masuk kuala Sungai Simpang terus menuju kehulu, lalu masuk di sebuah percabangan, kemudian  Mereka mengambil sebelah kiri Sungai Perawas dan terus ke Simpang dan balai Semandang, Akhirnya mereka sampailah di tempat yang cocok bagi mereka, yaitu Simpang Dua atau Balai Berkuak  dan sekitarnya.

Sekarang daerah tersebut sudah masuk wilayah Kabupaten Ketapang, disitulah mereka menetap sampai sekarang.  Sewaktu orang-orang tua dari desa Gunung Sembilan pergi ke balai Bekuak masih banyak yang mengatakan bahwa nenek moyang mereka berasal dari Tambak Rawang. Apa yang mereka katakan itu sangat coco dengan penuturan dari  masyarakat gunung sembilan hingga saat ini, bahkan  di antara mereka ada yang  mengabadikan dalam sebuah   syair lagu yang menceriterakan asal usul dayak simpang berasal dari Tambak  Rawang..

 

Mengenai asal usul nama tambak rawang ada sebuah kisah  pada masa dahulu datanglah rombongan  dari Malaysia. Dalam rombongan itu terdapat dua kakak beradik, maka si kakak menetap disekitar Sukadana. Pada zaman itu Sukadana pernah bernama negeri Bersoul. Kedua adik beradik ini bekerja menggarap sawah dan saling tolong menolong.

Pergi pagi pulang sore, setelah beberapa hari maka lembah yang akan di garap sebagai sawah itu  tampaklah lapang  dari Sukadana. Kalau mereka pulang sore maka mereka menoleh kebelakang namun saat menoleh ia melihat lembah yang tampak menerawang. karena tradisi masyarakat melayu saat itu suka menyingkat kata, maka nama menerawang di ganti menjadu rawang , akhirnya tempat itu dinamai Tambak Rawang hingga saat ini.

Dari certa yang lain dikisahkan juga, bahwa ada seorang orang berburu rusa hingga sampalah ke Pematang, lalu ketemu dengan sebuah kuburan tua yang memakai tambak, yaitu empat keping papan persegi empat sudah merawang atau terlihat genting, maka jika  mereka pergi ketempat itu mereka menyebutnya Tambak Merawang, maka  akhirnya disebutlah tempat itu dengan Tambak Rawang.

 

Letak Desa Gunung Sembilan memang strategis dari arah tenggara sampai utara, dan barat laut  dikepung oleh pengunungan sedangkan sepanjang arah selatan  sampai keutara dan barat laut di kelilingi oleh Pantai.

Tanjung dan pantai berpasir halus serta kuning sepanjang 1 km. Pantai ini bernama Pantai Mutiara dan selalu dikunjung orang pada setiap hari. Pantai mutriara itu begitu indah dan alami, pasirnya yang kuning dan – ditumbuhi pohon-pohon yang rindang juga dikepung oleh dua tanjung, sebelah selatan adalah Tanjung berbatu dan  begitu juga sebelah utara.

Jika musim angin utara, lautnya tidak bergelombang, dimusim angin utara sampailah timur, di waktu inilah banyak juga dikunjungi orang  orang yang ingin bersantai, sambil melihat aktivitas masyarakat yang menangkap ikan dan mencari kerang serta mencari canggai.

Canggai – ini sangat disukai orang, karena rasanya yang sangat enak. Sedangkan Diujung pantai sebalah selatan dan utara  terdapat anak sungai,  sebelah selatan bernama Sungai Penghulu Dagang, yang disebelah utara bernama Sungai  Payan. Sungai Penghulu Dagang berasal dari Gunung Tiang Jurung, sedangkan Sungai  Payan adalah berasal dari Gunung Subadal.

Di dekat sungai itu dahulu ada tempat yang bernama bernama telaga tujuh,  Pantai yang berbatu dua Tanjung itu adalah tempat  faforit orang memancing ikan.

Demikian asal usul  nama Tambak Rawang, lalu bagaimana pula diganti dengan Gunung Sembilan, untuk mengetahui jawabnnya kita simak terus sejarah asal usul desa ini.

Pada zaman dahulu di kampung ini, Ketika penduduk semakin ramai berdatangan, maka bermufakat seluruh penduduk  untuk mengangkat seorang Kepala Kampung,  saat  itu kalau menjadi Kepala Kampung harus orang yang hebat atau jago.

Jadi pada waktu itu dipilihlah orang yang bernama Elyas, orangnya bertubuh besar tinggi, gagah jika  ia  memukul  dahan kayu maka  patahlah dahan atau kayu itu.

Dizaman itu rotan banyak sekali karena hutan masih utuh. Bintang masih banyak seperti, Rusa, kijang, orang utan, burung juga masih banyak seperti Ruwai dll, sehingga Elyas dan warganya menggantungkan hidup dari berburu dan meramu di alam sekitar.

Elyas menjadi Kepala Kampung Tambak rawang selama dari tahun  1870 -1920 Masehi.  Setelah Elyas meninggal dunia maka diganti dengan Ahmad Ismail  dengan perawakan Tubuh sedang, dan kumisnya panjang.  

Ahmad Ismail memimpin kampung dari tahun 1920 – 1964, setelah beliau tua tidak lagi menjalankan tugas, maka diadakan pemilihan pertama kali. Dengan kandidat 3 orang asli putra daerah dari Tambak Rawang di antaranya :

1.       Abdul Rahim Ahmad

2.      M. Amien dan

3.      Alwi Syahdan

Jumlah pemilih pada waktu itu hanya 66 suara. Setelah diadakan pemilihan A. Rahim Ahmad mendapat 30 suara, M Amien mendapat 5 suara, dan Alwi Syahdan mendapat 31 suara. Wal hasil Alwi Syahdanlah yang menjadi Kepala desa dari tahun 1964 hingga tahun 2002.

Sedangkan  A. Rahim Ahmad sebagai wakil Kepala Kampung . Sedangkan M. Amien beliau hijrah ke Pampang   meninggalkan desa Tambak Rawang.

Pada Masa orde baru Desa Tambak Rambang Pernah disatukan dengan Sukadana dan diberi nama SUTRA yang artinya singkatan dari  (Sukadana dan T Rawang). Maka saat itu Alwi Syahdan diangkat menjadi Kepala Dusun, yakni dari 2002- 2004.  Setelah itu Alwi Syahdan berhenti karena sudah tua tidak menjalankan tugas lagi maka diganti – Rahman dari tahun 2004  hingga Tahun  2006. 

 

Kemudian pada tahun 2006 Tambak Rawang  kembali menjadi Desa. Namun terjadi sidang  untuk memberikan nama baru, Pada saat itu  Hasan SH Dewan Perwakilan Rakyat daerah mengganti nama Desa Tambak rawang menjadi gunung sembilan, namun terjadi silang pendapat dan sidang di tunda hingg akhirnya  nama Gunung Sembilan berhasil di sepakati.

Akan Tetapi  nama Tambak Rawang   Tidak akan hilang dalam ingatan, untuk mengabadikannya maka saat ini menjadi nama sebuah Dusun lagi yaitu Dusan T. Rawang yang terletak di paling selatan Desa ini.

Adapun nama gunung yang mengelilingi desa ini di antaranya adalah :

1.      Puncak - : G. Laut

2.      Puncak - : G. Tiang Jurung

3.      Puncak - : G. – Simdun

4.      Puncak - : G. – Pinang

5.      Puncak - : G. Subadal

6.      Puncak - : G. Putus

7.      Puncak - : G. Laruk

8.      Puncak - : G. Telok

9.      Gunung Bukit Keramat

Itulah nama- 9 buah puncak  gunung yang ada di Desa Gunung Sembilan. Maka dari itulah Desa itu diberi nama Desa Gunung Sembilan. Akan Tetapi nama asalnya yaitu Tambak Rawang dan di tengah tengah Desa Di Dusun Tambak Rawang itulah terletak semua bangunan penting seperti: Masjid, Kantor Kepala Desa, Gedung perpustakaan, Tanah wakaf kuburan, Lapangan Sepak Bola,  dan Puskesdes.

Kemudian pada  Tanggal 1 Mei Tahu 2006 M dilaksanakan pemilihan kepala desa gunung sembilan yang pertama kali. Adapun nama-nama yang ikut mencalonkan diri pada waktu itu yaitu;

1.      Mohammad Amien H

2.      Tengku M. Yani dan 

3.      Samsudin  

Dalam pemilihan itu, Muhammad amien bin    memperoleh suara terbanyak. Maka secara otomatis ia  yang memenangkan jabatan Kepala Desa Gunung Sembilan dan memimpin  dari tahun 2006 hingga 2012. Setelah sampai habis masa jabatannya maka ia dipilih kembali yaitu tanggal 16 Juni 2012. Mohammad Amien ikut mencalonkan diri lagi dan terpilih, maka ia memimpin desa gunung sembilan selama 2 periode. 

 

Untuk Kepala Dusun  periode pertama pada masa kepemimpinan M Amien adalah.

       Kepala Dusun

1.      Abdullah yang menjabat sebagai kepala Dusun Aiir mala 

2.      Arsyad A. Rahim yang menjabat sebagai kepala Dusun 

3.      Dusun T. Rawang 

4.      Hamba  yang menjabat sebagai kepala Dusun  Dusun Subadal      

Sedangkan Perangkat desa di masa Muhamad amien saat itu adalah

1.       Sapri

2.      Elham Marzuki

3.      Kadir

4.       Suhadim

5.      Samsu Rahman

Untuk Pendamping Desa di antaranya adalah

1.      Maryana binti -. Saleh

2.      Jabatabn Ketua BPD adalah  Sumadi Maryuki sejak tahun 2006.

3.       

Nah, tidak salahnya kalau penulis masukkan 1 cantumkan zaman Kepala Desa dahulu dizaman Kepala Desa Alwi Syahdan untuk mengetahui dan mengenang masa itu.

Susunan pada tahun 1964 adalah:

1.      Kepala Desa        : Alwi Syahdan

2.      Wakil Kep. Desa : A. Rahim Ahmad

3.      Pembantu Desa : Marzuki Syahdan

4.      – Desa                 : Ahmad. –

Untuk tahun (1980- 1980)  Kepala Desa dan Perangkat Desa

1.      Kepala Desa        : Alwi Syahdan

2.      Wakil Kep. Desa : Arsyad A. Rahim

3.      Perangkat Desa  :  Numan Usman

4.      Perangkat Desa  : Pumawa –

Susunan LKMDL (Lembaga Keluruhan Ketahanan Masyarakat Desa) (1973 – 1980)

1.      Ketua          : Ahmad -

2.      Seketaris    : _ Usman

3.      Bendehara : - - Jawas

 

Setelah BPD lama dibuburkan maka dipilih BPD baru 2012

1.      Ketua       : Suparman S E

2.      Wakil       : Salam

3.      Seketaris : Misna Walu

4.      Anggot     : Ansani dan Nur Siah

 

Kedatangan Suku Madura

Menurut Catatan Tok Imam Norman bahwa kedatangan Suku Madura ke Desa Gunung Sembilan pertama kali adalah sekitar tahun 1947. Kebanyakkan mereka dari daerah Telaga Biru Bangkalan Madura. Mereka datang ada yang membuka lahan kosong dan ada yang membeli lahan-lahan sebagai ganti rugi. Saat ini anak keturunan mereka tinggal mendiami Dusun Airmala. Mereka banyak menikah dengan penduduk setempat, dan sudah menjadi menjadi bersaudara.

Desa Gunung Sembilan mempunyai dua Surau dan satu mamsjid di tiga Dusun. Di Dusun Nirmala ada Surau bernama Jamiatul Rahmah, sedangkan Dusun Tambak Rawang ada satu buah masjid  bernama Nurul Iman dan Dusun Subadal 1 buah surau bernama Nurul Hikmah.

Ekonomi Desa Gunung Sembilan

Perekonimian Desa Gunung Sembilan yang pada tahun 1900an masih di sebut tambak rawang cukup terbilang baik, dikarenakan hutan masih utuh dan lebat. Ditahun 1950an ekonomi bisa di katakan sedang karena masyakarat mempunyai kebun karet kelapa dan kopi.

Sedangkan Ditahun 1950an sampai dengan 1964  masyarakat banyak yang hijrah meninggalkan Desa Gunung Sembilan, Sebab lahan dan kebun mulai habis. Tahun 1968 mulai baik karena masyarakat di perbolehkan kembali oleh pihak kehutanan untuk membuat kebun dan berladang digunung dan di perpanjang lagi untuk pembukaan pada tahun 1970  hingga 1985.

Namun karena lahan terbatas banyak masyarakat desa Gunung Sembilan banyak yang  tidak memiliki kebun atau lahan sawah bahkan pekerjaan yang tetap, tak ubannya mereka ibarat burung, dimana pohon kayu berbuah disitulah mereka pindah guna mencari rejeki.

Tanah ladang dan kebun sangat sempit, tidak semua masyarakat memilikinya. Desa Gunung Sembilan hanya merupakan tanah pegunungan dan laut, kebanyakan tanah yang di miliki hanya untuk pekarangan –saja. ditahun 2010 batang durian di Desa Gunung Sembilan ditebang dijadikan kayu segi, kebanyakan adalah kebun durian yang sudah tua, kayunya dijual ke pulau Jawa. Masyarakat yang masih memiliki kebun durian saat ini sudah banyak berkurang.

Ditahun 2012 dibangun jalan beraspal sepanjang 900 meter, yaitu masih zaman pemerintahan Bupati H Heldi Hamid dan wakil Bupati M. Said Tihi.

 

Sedangkan Adat istidat yang masih terisisa di Desa gunung Sembilan di antaranya adalah

1.      Adat Pinang Lamar, ada ini di lakukan jika laki-laki dan perempuan sudah saling mencintai maka orang tua laki-laki bermusyawarah dengan keluarga, untuk melamar si gadis. Dalam adat melamar itu ialah si laki-laki datang kerumah dengan membawa benang adat  seperti tempat sirih dan di iringi dengan cincin emas serta seperangkat pakai sorban dan beberapa helai pakaian  .

2.      Adat mandi hamil tujuh bulan

Apabila sudah menikah, maka  hamil pertama berumur tujuh bulan  diadakanlah upacara mandi hambil tujuh bulan walaupun nikahnya sudah berpuluh tahun yang penting anaknya adalah yang pertama. adat upacarannya ialah  mandi ditanahdengan  dengan payung  Dan orang tua-tua didalam rumah membaca surat Ayat ayat suci alquran.

3.      Adat Selamatan tahun

Apabila kita selesai panen padi maka diadakanlah selamatan yaitu membaca surat yasin keliling kampung dan berhenti di pantai biasanya lalu membaca do’a selamat dan makan ketupat setelah usai .

4.       Seni dan Budaya 

 Apabila ada acara perkawinan biasanya pada malam  hari akan disandingkan pengantin  maka diadakan pertunjukan berupa  hadrah untuk mereka, biasanya diadakan satu malam  atau  ⅟₂ malam, dan waktu – pengantin menuju rumah pengantin perempuam, maka pengantin laki-laki demikian juga. Dan begitu juga jika acara khataman alqur`an.

5.      Adat kematian

Apabila mayat telah dikuburkan maka terdapat acara selamatan memperingatinya dari mulai peringatan 3 hari, 40 hari, 100 hari, dan 1000 hari.

Adat ini tidak banyak yang membuat hanya sedikit saja, yang kebanyakkan itu hanya 7 hari saja.

 

Dibulan Syaban

Bagi masyarakat yang mampu maka setiap bulan sya’ban,  Mereka mengundang untuk di adakan selamatan atau beruahan, namun bagi yang kurang mampu cukup  membaca do’a saja dengan memanggil satu orang pembaca do`a.   

Adat istidat Perkawinan

Bagi yang mampu biasanya menggunakan waktu 3 hari 3 malam mengundang resepsi dengan hiburan musik,sedangkan  Bagi yang tidak mampu, hanya mengundang 1 dusun saja dan waktunya hanya 1 hari 1 malam saja.

 

Kemudian Fauna dan flora didesa Gunung Sembilan

Ditahun 1800 hutan di Desa Gunung Sembilan merupakan hutan belantara, hewan-hewan sanggat banyak, diantaranya ialah: Rusa, Kijang, Pelanjuk, Landak  Trenggiling, orang Utan, Beruang, Babi Hutan,  Kadal,   Tupai Kuning, Tupai Hitam,  Tupai Kelabu, dan  Jenis-jenis Burung di antaranya:

Burung Ruai, Burung Enggang, Burung, Burung Bangau Putih, Burung Elang,   Burung Murai -, Burung Murai Batu,  Burung besar dan kecil, Burung Raja Udang, Ayam Hutan dan lain lain.  Namun sayangnya banyak Hewan-hewan ini sudah punah mulai tahun 1980, karena, keserakahaan tangan manusia.

 

Perubahan  alam Desa gunung Sembilan

Alam Desa gunung Sembilan tidak begitu berubah dari zaman ke zaman  yang berubah hanya air sungai, kalau dahulu tahun 1959 air sungai, seperti sungai Tiang Jurungdan sungai lainnya  airnya dalam dan memiliki air terjun, kemudian pada tahun 1970  sungai-sungai tersebut mulai surut dan airnya tidak jernih lagi dikarenakan banyak aktivitas perusakan oleh tangan tangan manusia.

Sekarang gunung Sembilan yang tampak hijau itu tinggal kayu-kayuyang kecil saja penebangan kayu besar itu sampai 2014 masih dikerjakan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Perubahan alam yang tampak jauh ialah Pantai Desa gunung Sembilan, jika pada tahun 1959, pantai desa gunung Sembilan itu masih +200 meter ke laut,  Tanah pematang kebun kelapa, kebun asam, seperti asam mangga  ada disepanjang pantai.

Namun semua itu  banyak yang sudah punah karena tanah pematang habis longsor dihantam gelombang laut, hanya yang tersisa tanah pematang itu disekitar yang dapat kita saksikanpada saat ini.

Demikianlah Sejarah Desa Gunung Sembilan yang di kutip dari orang tua-tua dahulu yang sempat penulis temui, dari beliaulah penulis dapati kisah, benda-benda, sejarah dan nama-nama orang terpenting yang membuka kampung Desa tersebut.  

 


 

RIWAYAT HIDUP SINGKAT

 

Nama               : Nurman bin Usman bin – bin Mat. – bin Ismail. Al –

Lahir                : di Desa gunung Sembilan 8 april 1950

Pendidikan      : SRN (Sekolah Rakyat Negeri) 1959

Pekerjaan        : Tani

Semasa tuanya tidak dapat bertani lagi menjadi guru mengaji -.

 

Banyaknya BPD Desa gunung Sembilan:

1)      Mahdi Marzuki

2)      Supaman SE

3)      Samsudin M.

Kepala Dusun:

1)      Samsu bin Rahman Dus Nirmala

2)      Syapi bin Abdullah

3)       Dr. Kaitun binti Purnawati

Kepala Dusun Tambak Rawang

1)      M. Arsyiad bin A. Rahiem

2)      Juanda bin Dani

3)      – Selpia –

Kepala Dusun Subadal

1)      Rahiman

2)      Hamka bin H. Kajhah

3)      Husaini bin –

Kepala Desa

Desa Gunung Sembilan

1)      Elyas (1870 – 1920)

2)      Achmad bin Ismail (1920 – 1964)

3)      Alwi Syahdan (1964-2002)

4)      Muhammad Amien H. Muhli (2006-2018)

5)      Indiansyah Muhammad (2018-

 

Posting Komentar

0 Komentar