Ticker

6/recent/ticker-posts

Misteri Makam Panembahan Ayer Mala Raja Sukadana & Makam Raden fatah Kerajaan Demak Bintoro

 Oleh Muhammad Mahud 

Para Pembaca yang budiman pada kali ini kita akan menyingkap misteri raja raja tanjung pura era sukadana pada abad ke 14 masehi. Misteri terbesar yang hingga kini sering menjadi pertanyaan adalah, dimanakah makam raja tanjung pura era sukadana di abad ke 14  ?. pembahasan kali ini berasal dari berbagai literatur serta sumber dan riset di lapangan.

Namun pembahasan ini adalah sebuah wacana sejarah yang bertujuan untuk memperkaya rerfernsi guna membangun hipotesis untuk memperkuat tapak penelitian sejarah kerajaan tanjung pura di masa yang akan datang.

Untuk lebih mudah di pahami, maka pembahasan kali ini akan kami bagi menjadi beberapa episode, Dan kami juga mengajak dan meminta sumbang serta saran dari para pemirsa untuk mendukung upaya penggalian dan pelestarian sejarah, sebelumnya kami ucapkan terima kasih salam budaya dan selamat menikmati.

Sebelumnya kita akan melihat silsilah raja raja tanjung pura  dari masa Prabujaya yang menikah dengan Dayang potong atau putri junjung buih yakni seorang putri dari siak bahulun yakni raja hulu air di hulu sungai pawan ketapang pada masa lalu. 

Berikut raja raja yang pernah memerintah kerajaan Tanjung pura berdasarkan garis keturunaan dari prabu jaya dan juga keterangan dari keberadaan makam atau pusaranya.

Menurut catatan dari gorge muller yang datang pada tahun 1822  di pulau borneo,  ia menuliskan tentang sejarah kerajaan tanjung pura, Matan, dan simpang. Pada saat itu setidaknya menurut catatan muller ada beberaapa nama nama raja Kerajaan Tanjung Pura  yang di makamkan di bukit laut dan sekitarnya, di antaranya adalah, Prabu Jaya, Karang tunjung, panembahan bandala, panembahan baroh, dan giri mustika, serta Panembahan sorgi secara tersendiri di sebut di makamkan di giri, yang di maksud giri di sini adalah tempat yang tinggi atau yang di sebut sebagai bukit atau gunung. Artinya dari catatan tersebut ada 6 raja kerajaan tanjung pura era sukadana yang di makamkaan di tempat yang spesial yakni tempat tinggi yaitu di atas bukit. 

Namun jika kita lihat pada saat ini dari ke enam raja tanjung pura era sukadana di abad ke 14 hingga ke 17 masehi yang d sebut muller tersebut hanya ada satu raja yang makamnya teridentifikasi dengan jelas, yakni makam Panembahan ayer mala yang bergelar sultan Umar akamuddin. 


Makam panembahan ayer mala ini berada di desa gunung sembilan kecamatan Sukadana kabuapten kayong utara kalimantan barat.  Makam ini tepat berada di atas bukit yang pada masa lalu di sebut muller sebagai bagian dari gugusan bukit laut, dan pada tahun 1890 juga di sebut sebagai bukit keramat.

Pada pembahasan sebelumnya sudah di kupas dengan jelas tentang misteri  atau keberadaan bukit laut, maka pada kali ini akan fokus pada misteri makam raja raja tanjung pura era sukadana yang masih banyak belum di temukan.

Kembali pada soal makam panembahan ayer mala yang ada di gunung sembilan sukadana saat ini. Kami sempat meminta izin kepada penjaga makam dan melihat secara langsung nisan dari panembahan ayer mala tersebut.

Berdasarkan dari diskusi serta berbagai refernsi ternyata Nisan dari panembahan ayer mala memang unik, sebab nisan ini berjenis demak troloyo identik dengan nisan Raden fatah raja Kesultanan demak.

Jika kita coba menghubungkan antara masa Panembahan ayer mala dengan raden fatah, eranya hampir bersamaan yakni sama sama di abad ke 16, maka wajar jika trend dari nisan yang ada di makam panembahan ayer mala identik dengan nisan type kerajaan demak. 

makam penambahan ayer mala atau air mala

Yang menarik lagi dari nisan panembahan ayer mala ini adalah, bahwa nisan yang ada pada saat ini di duga sudah patah dan dalam kondisi terbalik, kemungkinan saat di temukan batu nisan tersebut sudah patah sehingga menyulitkan bagi orang yang memasangnya kembali. 

Hal ini dapat kita lihat dari corak ukiran dalam batu nisan, posisi yang berukir justru terbenam di tanah sedangkan yang kasar ada di sebelah atas, mungkin saat orang pertama kali menemukannya patahan yang atas terlihat tidak simestris sehingga untuk terlihat elegan di balikkan ke bawah, begitu juga dengan nisan yang di sebelahnya.

Jika kita lihat foto yang di ambil pada tahun 1973 yang terdapat dalam buku adat istiadat kalimantan barat yang di tulis oleh Ju Lontaan ia melampirkan foto makam panembahan ayer mala. Dalam foto tersebut memang tidak ada bangunan seperti saat ini, namun dapat kita lihat dengan seksama bahwa kondisi nisan saat itu sudah sama dengan saat ini. 

Kembali jika kita lihat dan bandingkan dengan nisan di makam raden fatah, maka nisan di makam panembahan ayer mala ini aslinya adalah panjang dari kondisi saat ini.

Di sekitar makam panembahan ayer mala ini juga di temukan pecahan bata bata merah, serta yang tidak kalah menarik adalah  terdapat batu alam yang di susun mengitari makam. Sekitar 10 kali 25 meter batu alam mengelilingi makam ini, di mungkinkan batu alam ini di susun agar menahan makam tidak longsor. 

nisan patah di makam penambahan ayer mala atau air mala

Namun hingga saat ini penelitian lebih mendalam mengnenai makam panembahan ayer mala belum di lakukan oleh pihak yang terkait, banyak hal yang bisa di gali dari mulai unsur batu bata merah serta type nisan yang ada akan dapat memberikan petunjuk dan sangat membantu bagi perkmbangan sejarah di masa yang akan datang.

Demikinalah pembahasan kami  pada episode pertama  misteri Makam Raja Tanjung Pura era sukadana, untuk mengetahui lebih lanjut mari kita saksikan pada episode selanjutnya sampai jumpa dan salam budaya. ISYA FAHRUDI ,  MIFTAHUL HUDA, MAHUD

Posting Komentar

0 Komentar