Ticker

6/recent/ticker-posts

Misteri Terusan Jawe Rantau Panjang, Eks Keraton Kerajaan Sukadana Kuno

  

Temuan benda arkhelogis di Terusan jawa oleh usu Ramli  / Ramli  tahun 2014

Para pembaca yang budiman pada kali ini kita akan melakukan explorasi  di lapangan serta pembahasan mengenai Giri Mustika yakni Raja tanjung pura era Sukadana yang ke 12. Giri mustika adalah raja tanjung pura era sukadana terakhir, ia juga di kenal dengan nama sultan muhammad syaifiuddin, yang kelak di kemudian hari nama gelarnya di pakai oleh Raden sulaiman yakni anak dari saudara perempuannya yang bernama ratu surya kesuma yang menikah dengan sultan tengah dari kesultanan brunei, dan kemudian raden sulaiman menjadi raja kesultanan sambas pertama dengan gelar sultan muhammad syaifiuddin, yang mana gelar ini adalah pemberian dari Giri mustika dengan maksud mengambil sawab atau berkah dari pamannya yang telah banyak memberikan jasa pada kedua orang tuanya.   


                                                Suasana masuk hutan di terusan jawe

 Lokasi explorasi kali ini untuk mencari jejak atau petunjuk peninggalan kerajaan dinasti Tanjung Pura Sukadana adalah Terusan Jawe yang berlokasi di Desa Rantau Panjang Kecamatan Simpangg Hilir Kabupaten Kayong Utara .

Mengapa kami ke lokasi ini, ?. jawabannya adalah petunjuk pertama berdasarkan deskripsi dari catatan Muller pada tahun 1822, ia menjelaskan bahwa lokasi Mulia pada masa lalu  adalah bermula dari sebelah kanan masuk dari muara sungai simpang, Artinya sungai rantau panjang hari ini pada masa itu masih di sebut sebagai sungai mulia.

Sungai  Mulia sendiri menjadi penting ketika pada abad ke 17  tepatnya pada tahun 1627 Masehi didiami oleh Giri mustika yang juga bergelar Sultan Muahmmad Syafiuddin. Dalam catatan CL Blume tahun 1842 ia menyebut bahwa Giri Mustika sebagai panembahan dari mulia  ( Panembahan Van meliau/ mulia).

Giri Mustika Raja adalah Tanjung Pura Era Sukadana ke 12. Ia merupakan Putra pertama dari Pasangan Giri Kesuma atau Panembahan Sorgie dengan permaisurinya bernama putri Bunku atau Ratu Mas Jaintan. Giri mustika memiliki anak bernama Gusti lekar, yang  kelak mendirikan kerajaan Meliau serta Tayan,  dan salah satu putra Raden Lekar juga menjadi raja di kerajan Sanggau.

Terusan Jawe yang saat ini sudah tersumbat

 Sedangkan saudara perempuan Giri Mustika atau Sultan Muhammad syaifiuddin ini  bernama Ratu Surya kesuma atau ratu soraya yang menikah dengan Sultan Tengah dari Serawak yang kelak anak mereka  bernama Raden Sulaiman menjadi raja Kesultanan sambas Islam pertama dengan gelar Sultan Muhammad Syafiuddin 1 .

Menurut buku berbahasa arab melayu yang di tulis oleh Raja ali haji pada abad ke 18, bahwa gelar Sultan Muahammad Syafiuddin yang di sandang Raden sulaiman saat menjadi raja sambas dimaksudkan untuk mengambil berkah atau tuah atas kebesaran dan jasa jasa dari Giri Mustika saat membantu orang tuanya yakni   ratu Surya kesuma dan Sultan tengah .

Kembali pada soal lokasi kekuasaan Giri Mustika saat itu yang berada di Mulia. Bahwa pada saat ini kita tidak dapat membayangkan lokasi mulia kuno adalah lokasi Desa harapan Mulia pada saat ini, atau loaksi desa rantau panjang saat ini. Kita harus mengahpuskan bayangan akan jalan darat,  sebab pada masa lampau  sungai merupakan pusat sebuah peradaban.

Fragmen Keramik di areal terusan jawe

 Maka kesimpulannya jika kita ingin menyusuri dan mencari sisa sisa atau puing puing peradaban masa lampau di masa giri Mustika, sesuai dengan berbagai literatur, jalan satu satunya adalah menyusuri sungai serta anak anak sungai sepanjang sungai Mulia kuno atau saat ini ada di antara desa  rantau panjang  dan desa harapan mulia. 

Sebagai bukti pernah adanya peradaban di sini, kita bisa melihat dengan jelas bahwa pada peta tahun 1944 di antara desa Rantau panjang dan mulia  saat ini yang terpisahkan oleh sungai banyak di huni oleh masyarakat.

Hal ini dapat kita perhatikan secara seksama dari mulai muara sungai rantau panjang hingga menuju gunung palung, penanda kotak kotak hitam dalam peta yang ada di kiri dan kanan sungai adalah sebuah kompleks perkampungan, berbeda dengan kondisi hari ini.

Maka berdasarkan peta serta banyak literatur dan sumber tersebut kami perlu membuktikan secara langsung di lapangan.

Kumpulan keramik pecah di terusan jawa

lokasi Utama explorasi pertama kami adalah Terusan jawe dan sekitarnya. Terusn ini menurut Hasanan sebagai kepala Desa rantau panjang yang juga pemerhati sejarah menyatakan, jika Terusan ini digali tangan untuk memutus alur sepanjang 7 tanjung dengan jarak yang sangat jauh kurang lebih 12 KM, namun jika melewati terusan ini hanya beberapa ratus meter saja.

Disekitr lokasi ini bnyk ditemukan pecahan pecahan keramik serta beberapa keramik utuh yang di simpan oleh usu Ramli  yakni seorang warga rantau panjang hal ini sbagai salah satu bukti peninggalan masa lampau .

Untuk melakukan explorasi di sini lokasi dan medan cukup sulit melalui darat, begitu juga melalui air butuh waktu dan kesabaran. Setidaknya saya dan Bang Isya Fahruzi  sudah beberapa kali ke sini dan hari ini kami kembali menemukan pecahan keramik.

Penyebaran keramik di lokasi ini cukup merata, artinya bukan sbuah kebetulan, syarat sebuah kompleks perkampungan sudah cukup, tinggal selangkah lagi yakni kami mencari bukti bahwa di sini pernah menjadi keraton atau pusat kerajaan Tanjung pura Era Sukadana saat di perintah oleh Giri Mustika yang memindahkan dari sukadana ke  sungai mulia atau sungai rantau panjang saat ini.

Beberapa waktu ke depan setidaknya ada 5 titik  lagi di sepanjang sungai ini akan kami lakukan explorasi kembali hingga mendapatkan bukti kuat untuk memperkuat sebuah catatan sejarah pada msa lampau.


 Semoga ini bermanfat buat tapak pnilitian selanjutya,  sebab Giri Mustika adalah salah satu tokoh kunci dalam Peradaban Tanjung Pura abad ke 17. Karena keturunan dan kerabatnya kelak yang berasal dari satu ayah serta cucu mnjdi penerus di kesultanan Matan berikutnya  yakni  Sultan muhammad Zainuddin, serta menurunkan keturunan di kerajaan sebelah sungai kapuas dan Sambas serta yang lainnya. Terima kasih

Sampai jumpa  Dan Salam Budaya.

ISYA FAHRUDI, M. ILHAM  & MIFTAHUL HUDA

Posting Komentar

0 Komentar